KUNINGAN berduka. Bupati H. Acep Purnama (periode 2018-2023) telah meninggalkan kita semua pada tanggal 23 Mei 2024. Masih teringat di benak kita pada saat beliau menyampaikan salam perpisahan di upacara terakhir masa jabatan beliau, Bahasa yang mudah diingat oleh kita adalah ada pertemuan tentu ada perpisahan. Ungkapan itu tentu dimaknai biasa layaknya pergantian kepemimpinan lama oleh yang baru. Akan tetapi, ternyata perpisahan itu bermakna lebih mendalam yakni beliau berpamitan untuk meninggalkan kita semua selama-lamanya, semoga Allaah menempatkan beliau di tempat yang mulia, Aamiin.
Pasca wafat Pa Bupati Acep atau bahkan ketika beliau mulai sakit, kepolitikan Kuningan mulai berubah. Dalam konteks kacamata politik, tentu apapun kejadiannya akan ditafsirkan sebagai sebuah bacaan menarik untuk pengambilan langkah berikutnya. Masing-masing individu yang memiliki effort menuju Kuningan 1 (K1) bermunculan dengan berbagai tagline diri sebagai upaya pengenalan diri kepada masyarakat. Hari ini, kita disuguhkan dengan pemberitaan yang semakin menghangat tentang siapa yang akan siap menjadi K1 itu. Baik dari latak belakang birokrasi, politisi, pengusaha, Masyarakat umum, mereka mulai menunjukkan konsep-konsep tentang Pembangunan Kuningan ke depan, meskipun masih sebatas symbol di baligo.
Perlu kita sadari, sosok Bupati terdahulu (alm Pa Acep), terlepas dari pro-kontra dalam implementasi program-programnya, akan tetapi beliau telah menanamkan nilai sosial yang tinggi kepada kita. Nilai itu terasa ketika setiap momen-momen di masyarakat, beliau senantiasa hadir dan dekat dengan masyarakat. Kedekatan itu bisa kita lihat dan rasakan dengan kehadiran beliau di acara-acara yang sangat sederhana sekalipun bahkan kebanyakan pejabat tinggi tidak hadir, beliau tetap hadir.
Dalam perspektif sosiolinguis, William Labov (1927- …) mengemukaan tentang language variation, salah satu kajian sosiolinguistik yang meneliti tentang tentang variasi fonetik dan perubahan bahasa di berbagai tempat, baik di kota maupun di daerah lain. Labov mengembangkan metodologi untuk mempelajari variasi bahasa dan meneliti bagaimana faktor sosial seperti kelas, usia, dan etnisitas mempengaruhi penggunaan bahasa. Begitu juga sosiolinguis lain yang ada pada dekade yang sama yaitu John J. Gumperz (1922-2013) melakukan studi tentang code switching (alih kode). Dia memperkenalkan konsep “konteks interaksional” dan “strategi konteks” yang membantu menjelaskan mengapa dan bagaimana penutur beralih antara bahasa atau varietas bahasa yang berbeda dalam percakapan. Penelitiannya menekankan bahwa code switching bukan hanya fenomena linguistik, tetapi juga memiliki fungsi sosial dan pragmatik, seperti mengelola identitas sosial dan hubungan antar individu.
Lalu, bagaimana kepemimpinan Kuningan mendatang? Jawaban sederhananya adalah mereka yang memiliki kepiawaian komunikasi kepada masyarakat dengan tulus, siap membersamai masyarakat pada momen-momen strategis mereka, menggerakkan masyarakat untuk menghasilkan gagasan besar menuju Kuningan lebih baik. Dan juga jangan lupa, bagaimana meraih suara fanatik mantan Bupati H. Acep Purnama. Semoga beliau tersenyum di alam sana melihat Kuningan lebih baik di masa mendatang.
Dr. Nanan Abdul Manan, MPd
(Ketua STKIP Muhammadiyah Kuningan, Ketua ICMI ORDA Kuningan)