Skip to content
Kang Nanan
Menu
  • Beranda
  • Profil
  • NAM Way
  • NAM Dream
  • NAM Focus
  • NAM Spir
  • Kontak
Menu

Kebahagiaan Sejati Itu di Hati

Posted on Mei 17, 2020 by Nanan

Kebahagiaan adalah tujuan bagi setiap orang. Apapun aktivitas yang dilakukan, jabatan yang diemban, dan tahapan hidup yang dilalui pasti diharapakan akan menjawab keinginan untuk ‘bahagia’. Kesamaan tujuan hidup setiap manusia memiliki kesamaan dalam konteks kebahagiaan. Namun kebahagiaan yang dikejar oleh setiap orang memiliki keragaman cara dan alat penunjang kebahagiaan itu. Di sinilah penafsiran kebahagiaan mulai muncul dengan segala perbedaan.

Kebahagiaan pada umumnya ditafsirkan dengan ketercukupan materi, jabatan, dan penghargaan. Sebagian besar manusia mempersepsikan bahwa kebahagiaan itu dapat hadir jika ketiga hal di atas telah didapat dalam hidupnya. Dengan demikian, tanpa ketiganya kebahagiaan tidak bisa hadir dalam hidup seseorang. Pemahaman demikian adalah sesuatu yang wajar namun terlalu mengandalkan persepsi itu manusia akan terjbak pada nilai-nilai hidup yang tidak ia pahami.

Dalam sebuah kisah diceritakan ada seseorang yang kaya raya. Ia berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya hanya sebagai petani. Penghasilan yang didapatkan orang tuanya tidaklah cukup untuk membiayai keenam orang anaknya jika harus mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Seorang yang kaya raya materi hari ini adalah anak kedua dari enam bersaudara itu. Perjalanan hidupnya yang penuh rintangan telah mampu ia lalui. Kepahitan hidup, kesengsaraan pangan dan ketidakcukupan materi orang tua telah dijadikan motivasi besar bagi dirinya untuk sukses. Dengan bekal keberanian, ia pergi merantau ke Jakarta. Ia ikut bekerja dengan tetangga yang ada di rantau. Bekerja di bangunan dan serabutan pula dilakukan. Dengan kedisiplinan diri untuk mengelola keuangan ia pun mampu menyelesaikan pendidikan strata satu di ibu kota Jakarta. Sebuah prestasi besar yang dapat dicapai oleh seorang anak petani mampu menyelsaikan pendidikan di perguruan tinggi.

Singkat cerita, ia pun berkenalan dengan orang-orang yang bergelut di bidang kontraktor. Sesuai dengan latar belakang bekerjaannya sebagai kuli bangunan, mungkin jalan itulah yang menjadi jembatan ia berkenalan dengan para mandor, kontraktor dan developer bangunan-bangunan baik proyek pemerintah maupun swasta. Sejak itulah ia memulai karir sebagai kontraktor yang telah menghantarkan kehidupannya kini dengan serba ketercukupan materi. Rumah mewah, mobil mewah dan aset lain banyak merupakan keadaannya hari ini. Ia seakan dendam dengan kemiskinan yang mendera di masa kecil dan remajanya. Sehingga ia selalu memiliki prinsip bagaimana kaya materi itu dapat dicapai agar dapat dihargai orang dan diperhitungkan.

Dari segi semangat tinggi dan motivasi hidup yang luar biasa merupakan hal yang patut menjadi teladan. Namun, di sisi lain, ia sedikit melupakan esensi kebahagiaan hidup yang harus dimiliki sesungguhnya. Dari latar belakang keluarga ekonomi rendah ia telah mempersepsikan sepenuhnya bahwa uanglah yang menjadi tujuan agar hidup bahagia. Latar belakang kemiskinan, ia persepsikan bahwa aset banyak dan kepemilikan rumah mewah adalah tujuan yang harus diraih agar bahagia. Begitu pula penghargaan dari masyarakat haruslah dibayar dengan kekayaan yang melimpah. Sehingga apapun aktivitas hidupnya harus terlihat mewah, mapan di depan publik agar mendapatkan penilaian hebat di mata manusia. Inilah salah satu kekeliruan dalam memaknai kebagiaan.

Kemapanan ekonomi, karir dan penghargaan merupakan jembatan untuk menghantarkan ke gerbang kebahagiaan. Memiliki semuanya bukan dimaknai selesai dalam mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan harus dijadikan sebagai tujuan akhir yang tidak ada lagi setelahnya. Jika setelah merasa bahagia masih menimbulkan ketidakbahagiaan lagi maka sebenarnya bahagia yang kita miliki hari ini sebatas fatamorgana atau ilusi. Kebahagiaan yang sebatas ilusi itu muncul ketika kita salah persepsi dalam memaknai cara dan alat untuk mencapai kebahagiaan diangap sebagai tujuan. Semua kemapanan hidup yang kita capai hingga hari ini merupakan sebatas cara dan alat saja bukan tujuan.

Kekeliruan yang dilakukan oleh seseorang dalam analogi di atas adalah memaknai bahwa materi adalah tujuan untuk mencapai kebagiaannya. Ia menjadi lelah untuk selalu memberi kepada orang lain dengan harapan agar berterima kasih padanya, berpenampilan mewah berharap orang lain berdecak kagum dan begitu seterusnya selalu berharap tanggapan baik dari orang lain. Ia berusaha mendapatkan kemapanan hidupnya sebatas berharap persepsi baik orang lain semata. Ia lupa bahwa esensi kebahagiaan itu di hati. Berbuat sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain merupakan kebahagiaan hati yang tak ternilai.

Setiap orang mengejar kebahagiaan melalui perjalanan yang begitu jauh, padahal kebahagiaan itu sejatinya ada di hati dan sangat dekat

Sehingga, kini ia terus dibelenggu dengan pemahaman keliru tentang kebahagiaan itu. Semua permasalahan diselesaikan dengan basis materi yang berakibat pada kekecewaan orang lain jika pemberiannya tidak sesuai harapan orang lain.

Kebahagiaan itu harus dihadirkan dalam hati. Kebahagiaan sesungguhnya adalah keyakinan sepenuhnya bahwa kita diciptakan oleh Allah swt. Kebahagiaan hati sesungguhnya dapat diuji apabila dalam momen tertentu kita tidak memiliki kemapanan hidup. Kebahagiaan hati harus hadir dalam kondisi kita sedang tidak punya uang, sedang tidak punya jabatan, dan sedang tidak punya karir. Kebahagiaan itu harus hadir karena kita mampu hidup dan diberikan kesehatan oleh Tuhan. Semakin kita yakin kalau kesehatan itu adalah sumber kebahagiaan maka inspirasi kita untuk menemukan pundi-pundi keuangan, jabatan, dan penghargaan akan secara otomatis mengikuti pula. Dalam kepahitan hidup yang dialami akan menjadikan dirinya menemukan inspirasi untuk perbaikan bukan frustasi yang dialami. Semakin yakin seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk mampu menciptakan kebahagiaan maka semakin kuat pula keyakinan dirinya akan keberadaan Tuhannya. Seseorang yang selalu meyakini kehadiran Tuhan dalam dirinya maka dialah yang mampu merasakan kebahagiaan seutuhnya.

Nanan Abdul Manan

Nanan Abdul Manan adalah seorang pekerja pena pada institusi pendidikan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Looking for Something