Konsistensi: Kunci Sukses Tanpa Terjebak Hasil Instan

Konsistensi: Kunci Sukses Tanpa Terjebak Hasil Instan

Kangnanan.com – Sebagian besar orang menginginkan kesuksesan instan. Kesuksesan yang dimaksud bisa berkaitan dengan kecukupan finansial, ketercapaian jabatan, pengakuan publik baik secara otoritas diri maupun personal trust. Kesuksesan tersebut menjadi dambaan setiap orang. Mereka disibukkan dengan upaya untuk menggapai semua itu hingga lupa diri; menghabiskan waktu tanpa jeda, mengganggu pikiran, mengabaikan kesehatan, dan sering pula menghancurkan pertemanan. Semua Tindakan tersebut tentu dilakukan karena seseorang memiliki sugesti penuh bahwa kesuksesan akan didapat dengan cara-cara seperti itu.

Saya sering menemukan banyak orang yang dengan bangga atas identitas kesibukannya, gagah karena relasi yang dimilikinya begitu luas atau sombong karena memiliki kekuatan personal branding di mata publik. Mengklaim kesuksesan hanya di wilayah materi dan dengan daya jangkau terbatas menjadikan seseorang mudah mendapati keterbatasan dan cepat menghampiri gerbang pembatas itu. Maka, dari sana seseorang akan terbentur oleh kondisi yang ia tidak impikan. Sehingga, kegagalan adalah kesimpulan yang mereka dapat.

Dalam menempuh perjalan menuju kesuksesan. Sebaiknya kita harus mendudukan definisi diri tentang kesuksesan terlebih dahulu. Jika kesuksesan sudah dipahami secara mendasar dalam diri kita maka langkah-langkah menuju kearah itu akan tersusun dengan rapi. Sesekali kita harus mengabaikan mimpi sukses itu namun kita harus perkuat diri untuk senantiasa konsisten dalam berbuat untuk menuju kearah sukses.

Jebakan persepsi bahwa pekerjaan yang dilakukan harus senantiasa berujung ke arah kesuksesan justru akan menjadi belenggu kita untuk bertindak jika tujuan awal tidak tercapai. Kerja keras yang dilakukan seseorang tidak harus dituntut untuk sukses. Tugas kita adalah memaksimalkan upaya bukan menuntut hasil sesuai keinginan kita. Semakin kitaa menuntut hasil yang kita inginkan maka kita akan semakin stress dalam melakukan upaya saat ini. Begitupun sebaliknya, jika kita konsisten dalam melalui proses dan terus melakukan perbaikan langkah menuju kesuksesan itu, maka dipastikan kita semakin kuat secara mental, semakin kaya akan pengalaman dengan berbagai tempaan motivasi di setiap langkahnya, dan pada akhirnya hasil adalah bonus atas ikhtiar yang telah dilakukan sebelumnya.

Belenggu Orientasi Hasil

Pepatah mengatakan bahwa proses tak pernah mengingkari hasil. Pepatah ini seakan memaksa bahwa jika usaha kita maksimal maka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Padahal, maksimal menurut kita bukanlah maksimal menurut ukuran upaya pekerjaan itu. Banyak factor yang menjadikan kendala ketidakmaksimalan upaya kita. Hal ini bukan menjadikan diri kita tidak yakin dengan maksimalnya pekerjaan kita, akan tetapi jika kita selalu menuntut hasil yang sesuai dengan upaya yang kita lakukan maka kita akan mengalami stress. Kegagalan yang didapatkan pada hasil padahal upaya sudah maksimal dipastikan kita akan stress. Stress tersebut lahir dari tuntutan bathin seseorang bahwa ego sudah mengatakan bahwa ‘jika upaya maksimal maka hasil harus didapat secara maksimal juga’. Persepsi ini tidak salah akan tetapi menjadikan persepsi ini sebagai prinsip hidup maka upaya kita akan sia-sia karena selalu dibuntuti dengan hasil sebelum upaya kita selesai.

Persepsi diri yang harus dibangun adalah bagaimana prinsip menyadari, mencintai, dan menikmati proses adalah keharusan dalam kehidupan kita. Jika kita sudah mencintai dan menikmati proses maka hasil terbaik untuk kita akan dipersiapkan oleh Allah.

Kelayakan hasil akan sangat tergantung dari kesiapan mental kita untuk kelak mampu menggenggamnya. Kesiapan diri kita untuk mengambil kesuksesan di masa depan akan sangat bergantung kepada sejauh mana diri kita mampu mengendalikan mental kita hari ini. Karena, masa depan adalah cerminan kita hari ini. Semakin kita siap berproses maka semakin layak kita memasuki masa depan di level yang lebih tinggi lagi. Begitu juga sebaliknya, jika kita mengukur masa depan dengan car akita melihat masa depan maka kita akan mengalami kegagalan dalam menggapai masa depan. Artinya, aktivitas kita yang sederhana namun konsisten hari ini adalah tangga penguat untuk menapaki masa depan.

Salah satu kegagalan seseorang dalam hidup adalah ketika mereka selalu berorientasi pada hasil dan mengabaikan proses. Prinsip ini akan berdampak pada cara seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan atau gaya individu dalam menyiasasi proses bahkan cara tidak lazimpun akan dilakukan. Nah, jika proses tidak lazim ini dilakukan demi tercapai hasil yang diinginkan makai barat kita ingin menuju ke tangga ke 10 namun tangga ke satu sampai ke 9 kita lewati, akhirnya ada keterputusan jalur dan terjatuhlah.

Karena sudah menjadi hukum alam bahwa kehidupan merupakan rangkaian dari seri sat uke seri berikutnya, kita dipaksa dan harus disadari bahwa tahapan itu adalah jalan kita. Mereka yang takut berproses maka mereka yang tidak siap menemukan kesuksesan.

Selamat menikmati proses. Abaikan hasil di masa depan tapi komitmen dan konsisten untuk ikhtiar kita hari ini. Sesederhana apapun pekerjaan hari ini yang kita lakukan, jika dibarengi dengan konsistensi, maka akan menjadi akumulasi kesuksesan di masa mendatang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *