Re-Setting Your Class

Menjadi guru itu menarik. Ya, karena setiap hari bertemu dengan anak-anak atau peserta didik yang luar biasa menarik. Peserta didik yang dihadapi memiliki karakteristik berbeda-beda. Kebedaan itu yang menjadikan seorang guru mesti kreatif menghadapi mereka sesuai dengan kondisi dimana mereka kita beri perlakuan.

Peserta didik pada level usia dini, dasar, menengah dan tinggi tentu berbeda karakter; baik dari segi motivasi belajar, daya serap pembelajaran, pola komunikasi horizontal antar teman mereka maupun kesan pembelajaran yang mereka temukan. Masing-masing level usia-dalam konteks pembelajar normal-memiliki perbedaan dari segi pengalaman belajar.

Pengalaman belajar tersebut yang mengindikasikan kedewasaan perilaku di kelas. Kedewasaan perilaku pembelajar adalah seperangkat aktivitas mereka di lingkungan belajar mulai dari merespon informasi baru, menganalisis informasi, mengelaborasi informasi, sampai mensosialisasikan diri. Kesemua aktivitas itu merupakan dampak dari pengalaman belajar yang pernah ditemukan oleh mereka pada masa sebelumnya.

Kelas yang menyenangkan
Setiap guru memimpikan kehadirannya di kelas dapat memberi kenyaman bagi murid-muridnya. Akan tetapi, tidak sedikit guru juga yang abai dengan kebutuhan-kebutuhan murid sesungguhnya. Kebutuhan-kebutuhan murid itu secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam ranah psikologis, sosiologis dan apresiasi.

Aspek psikologis murid dapat dilihat melalui bagaimana seorang guru memahami kenyamanan hati mereka dalam suasana pembelajaran yang diciptakan oleh guru saat itu. Aspek sosiologis dapat dilihat bagaimana murid mampu menikmati rangkaian kegiatan di kelas dengan penuh keterbukaan terkait kesulitan belajar dan solusi untuk menyelesaikan masalah itu. Sementara Apresiasi adalah kebutuhan penting ketika seorang guru memberi secara sukarela kepada murid dalam pencapaian prestasi. Pemberian itu dapat berupa kata-kata, benda dan pengakuan kepada teman-temannya.

Bagi seorang guru hebat, ia selalu memikirkan bagaimana menciptakan kelas yang menyenangkan. Kelas yang menyenangkan bukan saja karena ketercukupan media pembelajaran dan durasi belajar. Akan tetapi, kelas yang menyenangkan dapat tercipta ketika guru mampu merekayasa kelas dengan baik. Salah satu rekayasa itu dapat dilakukan melalui Class Re-Setting atau menata ulang kelas.

Maksud Class Re-setting (menata ulang kelas) adalah bagaimana seorang guru menciptakan jeda-jeda pada titik kebosanan murid dalam belajar. Penataan ulang itu bisa didukung dengan kombinasi media, kombinasi metode, kombinasi teknik, dan bahkan daya dukung lain yang ditemukan tiba-tiba ketika guru sedang mengajar. Nyanyian ringan, teka-teki, bermain peran, mengelilingi kelas bersamaa, saling bertanya tentang sesuatu yang sangat disukai atau yang sangat dibenci, memunculkan pertanyaan-pertanyaan unik atau permainan singkat yang membawa otak murid rileks. Semua alternatif kegiatan tersebut dapat membantu menata ulang pikiran murid. Menata pikiran peserta didik sama dengan menata ulang kelas.

Urgensi Class Re-Setting itu adalah mensugesti anak untuk terus terdorong membangun learning couriosity (penasaran dalam belajar) yang tinggi. Dari rasa penasaran itu, maka guru akan mampu melanjutkan materi ajar. Konsentrasi terbangun kembali dan kondusivitas kelas terjaga.

Memang, Class Re-Setting tidak serta merta sukses membangun tingkat konsentrasi penuh murid. Akan tetapi, strategi ini dapat meminimalisasi kekacauan pikiran anak setelah begitu berat membangun jalan pemahaman di sel syaraf mereka. Semakin guru kreatif dan energik melakukan Class Re-Setting maka murid semakin menarik untuk mengikuti tahap berikutnya dalam kegiatan kelas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *