Etika sebagai Tujuan Utama Pendidikan

Kangnanan.com – Akselerasi pendidikan di semua level terhegemoni kuat oleh teknologi. Simplifikasi, praktis, dan kostumasi menjadi penciri kemajuan teknologi itu sendiri. Knowledge sources bukan lagi tunggal berfokus kepada pengajar atau guru yang setiap saat harus hadir di hadapan murid atau peserta didiknya. Begitu juga kemudahan pelaksanaan pembelajaran telah tersedia dengan berbagai platform teknologi yang dapat diakses dimanapun, yang terpenting internet terkoneksi. Ini pemandangan baru hari ini.

Jika Benyamin Bloom-Maestro Teori Pendidikan- menyatakan bahwa kategorisasi keterampilan ada pada kognitif, afektif dan psikomotor, maka ketiga unsur itu sudah dapat dijawab dengan sistem, aplikasi, maupun media teknologi. Pertanyaan berikutnya, akankah guru tergantikan dengan sistem teknologi dan turunannya itu, tentu sangat mungkin. Hal ini dapat dilihat dari fenomena siswa yang bisa belajar dan menjawab soal-soal tanpa didampingi oleh guru, bahkan perkembangan teknologi terkini sudah semakin canggih dengan kehadiran chatgpt, generasi artificial intelligence yang sangat setia membersamai urusan-urusan peserta didik.

Dari sisi itu, kita dapat melihat bahwa urusan kognitif, afektif dan psikomotor sudah dapat diajarkan melalui perangkat-perangkat canggih teknologi. Akan tetapi, pertanyaan berikutnya harus kita jawab, apa itu esensi proses pendidikan?
Proses pendidikan sejatinya adalah ‘keteladanan’ yang bisa dilihat dan dipraktekkan oleh peserta didik dari Sang Guru. Perintah yang dilakukan oleh Sang Guru tidak akan bermakna jika tidak melalui contoh perilaku di hadapan murid. Perilaku yang memberikan dampak kuat ini akan membekas menjadi ‘nilai’ dalam kehidupan murid di masa mendatang.

Nilai adalah tatanan dasar bagaimana individu bisa menjadi pribadi bermakna, memberikan kebermanfaatan kepada orang lain, bijak dengan keberbedaan, dan adaptasi terhadap perubahan. Nilai-nilai ini mesti diberikan atau dicontohkan oleh pribadi berakhlak mulia. Akhlak mulia adalah sikap keselarasan antara perkataan dan perbuatan, berempati dan simpati, memperlakukan orang lain sebagaimana perlakuan baik untuk dirinya.
Kemajuan teknologi adalah keniscayaan bukan untuk dibendung. Namun, yang menjadi catatan besar adalah bagaimana manusia itu menjadi pengendali utama sebagai pencipta nilai kehidupan. Kemajuan teknologi harus menjadi alat praktis dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan, bukan melahirkan permasalahan baru yang menghambat produktivitas. Nilai kehidupan itu harus terlahir dari religion guidance tanpa kompromi. Di sanalah manusia diarahkan untuk menjadi manusia yang siap menghadapi perubahan dengan tetap memiliki nilai dalam hidup.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *