Indonesia (C) Emas di tahun 2045

Kangnanan.com – Indonesia mencanangkan tahun 2045 sebagai Indonesia Emas dalam rangka memperingati 100 tahun kemerdekaannya, yang akan jatuh pada tahun 2045. Konsep ini pertama kali muncul dalam pidato Presiden Soeharto pada tahun 1995, ketika Indonesia merayakan 50 tahun kemerdekaannya. Namun, istilah “Indonesia Emas 2045” kemudian semakin dipopulerkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.

Tujuan utama dari pencanangan Indonesia Emas 2045 adalah untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju, sejahtera, dan berdaya saing global pada 100 tahun kemerdekaan. Rencana ini mencakup pembangunan di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta penguatan nilai-nilai kebangsaan dan demokrasi, dengan harapan dapat memanfaatkan potensi “bonus demografi” yang akan terjadi sekitar tahun 2030-2040.

Sejak dicanangkan 2045 sebagai Indonesia Emas, kita semua tertuju untuk menyiapkan segalanya. Reasoning histori kemerdekaan yang genap 100 tahun di tahun 2045 menjadikan landasan pemerintah untuk men-declare bahwa kita pada posisi Negara Maju. Masa 2045 disebut masa Indonesia mendapatkan Bonus Demografi yang melimpah. Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar daripada jumlah penduduk non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Maka, optimisme ini sangat dibutuhkan untuk menggapai mimpi besar menjadi negara maju. Karena imajinasi kuat kita menjadi negara maju adalah prosentase maksimal untuk mampu bergerak ke arah aksi. Di sinilah, kita menyadari bahwa imajinasi negara maju akan men- drive seluruh elemen bangsa agar terus memantaskan diri mulai dari sekarang, yakni continuous improvement dalam segala bidang.

Menyongsong era Indonesia Emas 2045, tentu banyak term and condition yang mesti kita lengkapi. Impelemntasi gagasan genuin dari 17 isu Sustainable Development Goals (SDGs), OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) World Forum membahas tentang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan standar hidup, menjaga stabilitas keuangan, serta mendukung pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Beberapa bahasan startegis itu meliputi juga Pembangunan ekonomi, Pendidikan, Perdagangan, Kebijakan fiscal, Inovasi, dan, Lingkungan dan energi. Semua isu-isu sangat urgen untuk diturunkan pada level ke-Indonesiaan secara utuh dan merata di bumi Nusantara ini.

Isu Global dari OECD Forum maupun World Economic Forum lainnya senantiasa dinamis merangkum segala aktivitas manusia di Dunia. Dari turunan isu-isu global itu, maka Indonesia sangat penting untuk merespon dengan cepat bagaimana investasi SDM secara berkelanjutan yang diprediksi dibutuhkan di masa mendatang, strategi pengelolaan SDA yang ramah lingkungan sehingga mampu meminimalisasi masalah iklim di masa depan, tata kelola infrastruktur di berbagai wilayah yang memiliki kekayaan alam tinggi seperti sumber mata air, hal ini sangat krusial untuk diperhatikan. Ketiga dimensi besar (Kekayaan SDM, Strategi Tata Kelola SDA, dan Tata kelola Infrastruktur sebagai jembatan pengubung kemajuan negara) perlu dipersiapkan sejak dini. Karena perubahan dan kemajuan Indonesia pada saat ini dan hingga 2045 simultan juga dengan semua negara yang mengalami langkah akseleratif menuju negara yang lebih baik. Sehingga, pergerakan Indonesia juga harus memprediksi gejala gerak cepat negara lain yang menjadi pembanding negara kita.

Pergeseran Paradigma “Competitiveness” ke “Synergy” atau “Collaboration”

Tren kompetisi di berbagai lini kehidupan yang digaungkan beberapa decade ke belakang, kini perlahan bahkan secara kesadaran tinggi berubah. Diskursus kompetisi hari ini sudah tidak lagi menjadi citra personal maupun komunitas yang berkemajuan. Gerak soliter dalam pengendalian program-program sudah terbukti mengalami masalah di kemudian hari baik level birokrasi, politisi, perusaan, maupun institusi apapun. Berkaca dari fenomena kekinian, dengan segala kekurangan diantara personal maupun komunitas, maka kesadaran untuk membangun sinergitas atau kolaborasi menjadi sebuah keniscayaan. Ini adalah pilihan strategis untuk bisa membangun masa depan yang lebih baik, secara bersama, tidak yang lain.

Isu-isu global maupun regional telah berdampak pada pemaksaan personal untuk melakukan kerja bareng dengan pola kolaborasi kompetensi dan skil. Karena di masa mendatang, individu yang memiliki multi kompetensi dan skil akan tidak mampu survive dengan tantangan global yang semakin komplek. Sehingga, dibutuhkan sinergi atas segala perbedaan kompetensi dan skil itu untuk membentuk kekuatan baru yang lebih survival and adaptable.

Optimisme dalam menghadapi Indonesia Emas akan dapat kita Atasi selama fondasi kolabirasi itu menguat. Karena tantangan di masa depan semakin kompeks dan tak terelakkan. Hal ini bis akita prediksi dalam beberapa isu, diantaranya Pendidikan dan Keterampilan, peluang kerja, infrastruktur dan teknologi, Kesehatan Masyarakat, ketimpangan sosial dan ekonomi, perubahan iklim dan sumber daya alam, dan kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan. Dari isu-isu strategis tersebut, Indonesia akan mampu mengatasinya jika hari ini sudah dipersiapkan secara konsisten. Starting point yang mesti kita lakukan saat ini tentu yang sangat penting adalah peningkatan Sumber Daya Manusia. Hal ini tidak bisa terelakkan lagi.

Dari beberapa isu di atas, setidaknya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar. Aspek Pertama adalah persoalan peningkatan kompetensi dan skil personal dan dampaknya. Hal ini berkaitan dengan Pendidikan dan keterampilan, kualitas pendidikan kita masih menjadi tantangan utama. Banyak tenaga kerja Indonesia belum memiliki keterampilan yang memadai untuk bersaing di pasar global. Meningkatkan kualitas pendidikan, pelatihan vokasi, dan akses terhadap pendidikan tinggi sangat penting agar tenaga kerja produktif bisa berkontribusi secara optimal. Tantangan kedua juga dalam hal  Peluang Kerja. Penciptaan lapangan kerja yang cukup untuk menampung angkatan kerja yang terus bertambah merupakan tantangan signifikan. Jika peluang kerja tidak tersedia, risiko meningkatnya pengangguran atau underemployment (pekerjaan di bawah kualifikasi) bisa berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Isu berikutnya juga terkait Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan menjadi fondasi produktivitas, sehingga tantangan di sektor kesehatan, seperti stunting, akses layanan kesehatan yang terbatas, dan penyakit menular atau tidak menular, harus diatasi. Populasi produktif yang sehat akan lebih mampu mendukung pertumbuhan ekonomi. Dari aspek Kesehatan Masyarakat maka akan berpengaruh kepada Ketimpangan Sosial dan Ekonomi.
Ketimpangan sosial-ekonomi antarwilayah dan antarkelompok penduduk bisa memperburuk potensi bonus demografi. Pemerintah perlu memastikan pertumbuhan ekonomi inklusif yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, termasuk daerah tertinggal dan kelompok rentan.

Aspek kedua adalah adaptasi teknologi. Isu tentang Infrastruktur dan Teknologi. Ketersediaan infrastruktur fisik dan digital yang memadai juga menjadi tantangan. Investasi di sektor ini harus diperkuat agar masyarakat dapat mengakses berbagai layanan dan peluang ekonomi, serta beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang mengubah pola kerja dan bisnis.

Aspek ketiga berkaitan dengan SDA. Perubahan Iklim dan Sumber Daya Alam.
Tantangan lingkungan, seperti perubahan iklim dan degradasi sumber daya alam, dapat mempengaruhi produktivitas sektor-sektor kunci seperti pertanian dan perikanan, yang masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Pembangunan berkelanjutan harus diperhatikan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian alam.

Aspek keempat berkaitan dengan Birokrasi. Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan.
Tata kelola pemerintahan yang efektif dan bersih dibutuhkan untuk mengarahkan kebijakan pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan bonus demografi. Korupsi, birokrasi yang lambat, serta kebijakan yang tidak konsisten dapat menghambat pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Dari fenomena kini dan tantangan masa depan, Indonesia optimis mampu menjadi bagian dari kemajuan Dunia di masa mendatang. Dengan jumlah penduduk yang besar dan kekayaan alam yang melimpah semoga bisa menjadi strong capital untuk terus meningkatkan kualitas penduduknya agar menjadi pemeran pada kancah peradaban dunia. Tentu, kesadaran untuk berkolaborasi atau bersinergi menjadi modal utama untuk menciptakan sense of community yang melahirkan adidaya Indonesia dalam perhitungan Dunia masa depan.

Nanan Abdul Manan

Akademisi Universitas Muhammadiyah Kuningan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *